Kamis, 10 Februari 2011

Memacu Kebangkitan Persepakbolaan Indonesia

DI depan Kantor Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia [PSSI) di kawasan Stadion Utama Gelora Bung Karno. Senayan, belum lama ini lebih dari 1.000 anggota Jakmania berdemonstrasi mengecam keras kepengurusan PSSI yang dinilai gagal memajukan sepakbola nasional. Jakmania mengajak semua suporter bersatu membenahi PSSI dan mengawal rekomendasi Kongres Sepak Bola Nasional (KSN) di kota Malang.
Para demonstran berkostum oranye khas suporter Persija Jakarta itu memadati Jalan di depan Kantor PSSI. Mereka berorasi dan sebagian membawa poster berisi kecaman dan kritik pedas terhadap kepemimpinan/kepengurusan PSSI maupun wasit.
Demonstrasi tersebut nampaknya tak terlepas dari masalah kerusuhan akibat vandalisme dan aksi kekerasan para suporter vanatik yang terjadi 16 Maret 2010; Selain itu, prestasi sepakbola kita sangat memprihatinkan karena terus terpuruk.Mulai tahun 2004 sejarah sepak bola Indonesia sudah memasuki babak paling kelam. Bahkan pada SEA Games 2009 Indonesia kalah dari tim lemah sekelas Laos. Tim nasional Indonesia memang belum mampu menggapai kemenangan.
Reformasi PSSI
Semangat untuk mereformasi PSSI merupakan salah satu poin utama yang perlu kita garisbawahi dalam kongres itu. Bahkan, semangat untuk mereformasi PSSI tidak hanya datang dari dalam kongres saja.Sebagian publik juga sudah tidaksabar lagi, menginginkan adanya perubahan yang cepat di organisasi persepakbolaan kita itu. Bukti konkretnya bisa kita lihat di dalam jejaring sosial Facebook. dan ternyata sudah ribuan orang yang menginginkan segera dilakukannya penyegaran di tubuh PSSI.
Tidak diragukan lagi. PSSI perlu secepatnya melakukan reformasi dan strukturisasi Internal berdasarkan kritik, usul dan saran sesuai aspirasi masyarakat.Dengan demikian PSSI akan mampu mengambil langkah-langkah konkret sesuai aturan yang berlaku guna mencapai prestasi yang kita harapkan. Para pengurus PSSI harus mencermati dan meresapinya agar mampu membuat gebrakan untuk melakukan reformasi internal.
Kita berharap hasil KSN tidak sekedar mencari kambing hitam atas kesalahan yang dilakukan PSSI selama ini. Namun hendaknya, hasil KSN kita jadikan semacam alat koreksi, sudah sejauh mana yang kita lakukan untuk persepakbolaan di Tanah Air. Sebab tantangan ke depan yang dihadapi PSSI semakin berat. Sebentar lagi kita akan menjadi tuan rumah pesta olahraga bangsa Asia Tneggara atau SEA Games pada 2011.
Bila kita tilik statuta PSSI, begitu juga statuta FIFA, maka proses perombakan kepengurusan dalam organisasi ini sebenarnya bukan barang tabu.Sebab sepakbola Indonesia adalah milik publik dan semua pemangku kepentingan, jadi bukan sekadar milik personel dalam kepengurusan PSSI. Pertanyaannya adalah apakah dengan mengganti pengurus PSSI masalah bakal selesai?
Jawabnya tentu saja tidak. Ada berbagaimasalah krusial yang melibatkan banyak pihak yang perlu penanganan secara bersama dan dengan seksama, antara lain masalah kepemimpinan, dana, hingga masalah infrastruktur olahraga.Belum lagi masalah kualilas sumber daya manusia (SDM) untuk memiliki pelatih berkualitas serta profesional dan wasit yang cermat. Selain itu. pengurus PSSI harus bekerja keras dalam melakukan pembinaan nonteknis seperti manajemen sepakbola hingga pembinaan suporter.
Faktor kepemimpinan
Sejumlah pelatih sepakbola dunia yang berkelas internasional tentunya berkualitas dan profesional, ternyata mendapat inspirasi sukses setelah mempelajari filsafat tertentu. Contohnya sukses L F Scolari, pelatih timnas Portugal yang pernah lima kali membawa Brasil menjadi Juara Dunia di Piala Dunia pada 2002. Dia mengaku, sukses dirinya tak terlepas dari filosofi Sun Tzu maupun Hilda Fernandez.
Scolarijuga mempelajari filsafat Hilda Hernandez, penulis buku Multcull-tural Education A Teacher Guide to Linking Context, Process and Content. MenuHit Hilda, kemenangan Piala Eropa secara tak langsung terkait dengan filsafat multikulturalisme yangtelah memotivasi sikap kesederajatan. kekompakan, dan saling mengapresiasi di antara para pemain.Karena PSSI merupakan sebuah asosiasi besar, berarti membutuhkan sosok pemimpin organisasi yang kuat supaya benar-benar handal dan profesional dalam mengatasi masalah internal maupun eksternal.
Harus diakui bahwa asosiasi sepakbola kita dalam segi kepemimpinan memang sangat lemah. Padahal, kepemimpinan yang kuat pada sebuah asosiasi sepakbola sesungguhnya menjadi faktor penentu bagi kemajuan sepakbola dari sebuah negara.Pemimpin organisasi olahraga berskala nasional harus mampu menjadi panutan. Mengapa? Sebab ia bukanlah pemimpin organisasi biasa." Jadi ia harus merupakan sosok pemimpin yang terhormat, sehingga tak boleh cacat moral maupun mental karena sekaligus sebagai pembina untuk generasi mendatang.
Hal ini berlaku universal. Sedangkan untuk menjadi seorang pemimpin cabang olah raga saja., pada dirinya harus melekat peran pembina.Seorang pemimpin organisasi yang tidak memiliki karakter berkualitas tinggi memang sulil untuk bersikap ksatria, meskipun sekian lama ia belum mampu menunjukkan prestasinya. Tetapi lebih baik ia sadar dan secara sportif meletakkan jabatannya agar bisa digantikan oleh orang lain yang memiliki kompetensi, kapabilitas, kredibilitas dan akuntabilitas tinggi. Jadi kapan? (Penulis adalah pecandu sepakbola alumnus STF Driyarkara Jakartai

0 komentar: